Berita Terpopuler

Tutorial Aktivasi NUPTK di PADAMU NEGERI

18.7.13 0 komentar
Buat seluruh PTK yang membutuhkan tutorial untuk mengaktifkan NUPTK pada sistem PADAMU NEGERI silahkan klik disini. Saya membuat tutorial ini untuk teman-teman yang ada di sekolah saya, sebab mereka masih baru dalam menggunakan internet  bahkan ada yang belum bisa sama sekali. Semoga tutorial ini bermanfaat.

Atau lebih jelasnya anda bisa membacanya disini. lebih lengkap dan terperinci termasuk cara mengunduh formulir A01, A02, A03. Silahkan klik disini



Portofolio (Design Grafis)

25.6.13 0 komentar
Portofolian Desain Grafis:
1. Kalender SMAN 2 Bojonegoro 2004
2. Kalender SMAN 2 Bojonegoro 2005
3. Kalender SMAN 2 Bojonegoro 2006
4. Kalender SMAN 2 Bojonegoro 2007
5. Kalender SMAN 2 Bojonegoro 2008
6. Kalender SMAN 2 Bojonegoro 2009
7. Kalender SMAN 2 Bojonegoro 2010
8. Kalender SMAN 2 Bojonegoro 2011
9. Kalender SMPN 1 Gemarang - Caruban 2011
10. Kalender SMK PGRI 2 Bojonegoro 2009 (kalo tidak salah)
11. Kalender Lembaga Pendidikan
12. Layout Majalah Dinamika PDM Bojonegoro
13. Layout Majalah Zig-Zag SMAN 2 Bojonegoro 2004
14. Layout Majalah Zig-Zag SMAN 2 Bojonegoro 2005
15. Layout Majalah Zig-Zag SMAN 2 Bojonegoro 2006
16. Layout Majalah Zig-Zag SMAN 2 Bojonegoro 2007
17. Layout Majalah Zig-Zag SMAN 2 Bojonegoro 2008
18. Layout Majalah Zig-Zag SMAN 2 Bojonegoro 2009
19. Layout Majalah Zig-Zag SMAN 2 Bojonegoro 2010
20. Layout Majalah Zig-Zag SMAN 2 Bojonegoro 2011
21. Layout Majalah Zig-Zag SMAN 2 Bojonegoro 2012
22. Cover Buku Kado Sederhana untuk Wanita yang Taksederhana (Penulis: Nanang Fahrudin)
23. Cover Buku - Kumpulan Puisi Margendut Sayang 2012 (Penulis: Prawoto)
24. Cover Buku - Curhatku (Penulis: Anak Zig-Zag)
25. Kalender SMPN 2 Gondang Bojonegoro 2013
26. Desain Undangan Pernikahan Prawoto 2012
27. Desain Undangan Pernikahan Sidang 2012
28. Brosur SMP MT Bojonegoro 2013
29. (Banyak membuat Desain Benner dan Spanduk, dan karya yang lain belum tercatat)

NB: Yang lain masih diingat-ingat.


MARGENDUT SAYANG karya Prawoto R Sujadi

29.6.12 0 komentar

MANTRA CINTA PAWANG RINDU

Resensi Buku Kumpulan Puisi Margendut Sayang Oleh: Yonathan Rahardjo 


//di lubang telinga/ mesra terdengar/ menggetarkan asa,/ memenuhi perintah agama,/ menjadi ibadah kita bersama// katamu saat kau meng-iya-kan ku// (Puisi Meng-iya-kan). Puisi Prawoto R Sujadi ini menjadi bukti, setiap orang yang sedang pada puncak jatuh cinta akan mampu menuliskan puisi yang berenergi, bertenaga. Energi yang sama yang memampukannya menulis puisi sebegitu banyak dan semuanya tentang cinta baik dikatakan kepada yang dicintainya, kepada diri sendiri, kepada orang lain.
…//terserah kalian akan mengatakan apa/ aku hanya menulis/ merangkai kata/ semua mengendap begitu saja/ dalam rasa dan logika// ...//merangkai kata adalah seni/ ini adalah seni mengungkapkan/ini adalah seni menyampaikan// ini caraku,/ silahkan saja cara mu (kalian) sendiri/ jika kau suka nikmati saja.// (Puisi Jalan Pulangku). Puisi ini dituliskan Prawoto R Sujadi untuk orang lain itu, bukan untuk dirinya sendiri atau untuk kekasihnya yang membuatnya berenergi kuat dalam cinta mereka. Bahwa, ia sudah memilih jalan puisi untuk mengekspresikan hakekat jajaran utama hidupnya. Pernikahan atas dasar cinta, adalah hal terbesar bagi diri semua orang termasuk Prawoto, kedua setelah pengakuan iman agamanya yang dimulai dari pengakuan terhadap Tuhannya.
//Lewat kata dan doa/ kau menjadi "pawang hujan"// (Puisi Batu & Air). Pawang hujan, dua kata satu makna dari puisi Prawoto R Sujadi ini saya yakini menjadi pintu masuk "menuju kredo"-nya dalam berpuisi -sebagai jalan hidupnya- dengan berdoa laksana mantra yang diulang-ulang dalam banyak puisi yang berbeda dengan pengungkapan isi hati yang sering sama dalam gaya yang sama atau mirip.
Saya mengatakan itu "menuju kredo", menuju konsep berkesenian dia, karena memang itulah yang dilakukan dengan intensif tanpa kenal menyerah oleh Prawoto. Ia menulis semua isi hati dan pikirannya (rasa dan logika-nya) tentang kekasihnya dan hubungannya dengan kekasihnya yang dalam buku kumpulan puisi ini dipanggilnya dengan nama kesayangan Margendut. Rasanya, impresinya, kenangannya, rindunya, kegelisahannya, kebahagiaannya, senyumnya, tatapan matanya, mesranya, manjanya, airnya, batunya, dan banyak lagi kesamaan yang diulang dalam puisi beda.
Selain kesamaan gaya, pemilihan kata, tema, juga judul. Dari judul saja ada 11 judul puisi yang menyebut kata Rindu: Berbalut Rindu, Angin Rindu, Energi Rindu, Deru Rindu, Rindu Bersamamu, Terpasung Rindu, Memadu Rindu, Aliran Rindu, Pelengkap Rindu, Ada Rindu, Kutitipkan Rindu. Boleh saja Prawoto tidak menyadari hal ini, bahwa diksi atau pilihan katanya banyak merujuk pada kata-kata yang sama itu. Boleh jadi pula, sama demikian halnya dengan pesan yang disampaikan. Sangat kontekstual bila munculnya kata dan pesan yang dipilih secara sama oleh karena suasana hatinya yang serba sama berkat rasa cinta yang berbunga-bunga, kasmaran, sebagai dua sejoli yang sedang mabuk eros menuju jenjang pelaminan.
Bagaimana dengan kata ”Cinta”? Tidak harus diverbalkan dalam kata cinta, jelas semua puisi dalam buku kumpulan puisi ini adalah puisi cinta. Wujudnya dan tanda-tandanya dapat macam-macam, dengan berbagai pilihan kata tadi, juga peristiwa-peristiwa, latar, rasa yang berjuta. Namun kata cinta itu juga bertabur dalam tubuh puisi-puisinya. Sedang dari judulnya saja, yang mengandung kata cinta ada 8 puisi: Memulai Cinta, Hujan Cinta, Rona Cinta, Lukisan Cinta, Tentang Cinta, Ikatan Cinta, Pohon Cinta, Menyapa Cinta,
Boleh kalau Sutardji Calzoum Bahri terkenal dengan puisi mantranya oleh karena penggunaan kata yang diulang-ulang dalam tiap puisi dan membebaskan kata dari makna dan makna dari rangkaian kata yang menjadi mantra. Boleh juga kan kalau secara subyektif saya menyebut puisi-puisi yang doa Prawoto dalam buku ini adalah mantranya, malah mantra bersambung. Mengapa mantra bersambung?
Memang, mantra dalam puisi Prawoto bukan seperti mantra dalam puisi Sutardji yang membebaskan kata dari makna dan mencipta dadaisme sebagai akar dari pengucapan ─yang sangat terasa dari kata dan ucapan yang mirip yang diulang-ulang dalam satu puisi, baik yang berarti maupun tidak─. Namun kalau semua puisi Prawoto dalam buku ini dibaca secara langsung berurut atau bersambungan dia sudah menjadi mantra oleh karena terasa pengulangan-pengulangannya baik kata, isi, pesan, maupun temanya. Selain contoh yang bertabur tadi, ambil contoh lain pengulangan tentang air dan batu yang diungkap puisi "Memulai Cinta" (seperti dikutip di atas) dalam puisi lain: …//Kau “BATU” .../ Aku “AIR” ...// kau membatu, ku kan mencair// (Puisi Batu & Air)
Adapun sebagaimana banyak penyair yang cenderung menulis secara liris ala Sapardi Djoko Damono, Prawoto pun ada kalanya mengungkap kata yang menuju liris atau curahan perasaan dalam puisi-puisinya. //Aku air/ yang kan melerak/ masuk dalam ragamu/ Kau batu/ membuatku tegar dan menguatkan// (Puisi Memulai Cinta). Atau dalam puisi "Memainkan Nada" // Aku adalah biola/ engkau adalah dawainya/ siang dan malam menjadi penggesek/ mengalunkan nada kedamaian/ mengalir seirama angin/ dalam lakon kehidupan//.
Namun puisi-puisi Prawoto R Sujadi tidak menjurus kepada penciptaan imaji oleh curahan hati semata. Ia juga memainkan logika atau pikiran. Imaji yang tercipta pun tidak laksana imaji yang dicipta Sapardi dengan puisi lirisnya yang maestero. Permainan sintaksis (susunan kata untuk membentuk makna dan suasana) puisi Prawoto pun tarik menarik antara pun curahan hati dan pikiran. Bahkan itu disadarinya sendiri dengan menuliskannya dalam banyak puisinya selain "Puisi Jalan Pulangku". Contohnya dalam puisi "Memadu Rindu" …//bermodal hati, menabung pikiran/ dalam sikap dan tindakan/ mencipta senyum yang takkan terlupakan//…, dan banyak puisi lain.
Dalam puisi "Di Ujung Perang", Prawoto R Sujadi menulis: …//senjataku adalah prinsip/ perisaiku adalah penghormatan/ jurusku adalah cinta/ kesaktianku adalah saling bicara//….  Agaknya di sini kunci untuk membuka pintu masuk “menuju kredo”-nya dalam berpuisi di atas. Kalau Prawoto mengatakan kekasihnya (yang “batu”) adalah ”pawang hujan” karena ia (Prawoto) ”air”, maka soal rindu dan cinta, Prawoto adalah “pawang rindu” yang “berjurus cinta”. Karena jurus cinta ini diwujudkan dalam kesaktiannya (saling bicara) yang tak lain adalah puisi yang menuju kredo “mantra bersambung”, maka sesungguhnya cinta itulah mantranya.
Mantra ini akan selalu diucapkan Prawoto dalam puisi-puisinya yang selanjutnya terutama dalam puisi hidup-nya dalam wujud cinta kasih suami istri dalam bahtera rumah tangga. Maka makin jelas makna “Mantra Cinta Pawang Rindu” ini dirasakan dengan membaca puisi untuk Margendut-nya, yang ternyata punya nama asli yang sangat manis pencipta segala rindu Prawoto. Ini ada dalam puisinya yang berjudul “Sela” ...//detik bersela, detik, ada sela/ namamu lalu detik, sela, detik,/ dan namamu tercipta/ ada di antara detik/ sela, detik//...
Dan mantra itu akan terus menjadi doa seperti ditulis Prawoto R Sujadi dalam puisi ”Perjalanan Doa” //di sudut hati/ ada namamu yang terus saja melekat/ untuk waktu dan  demi masa,/ yang terus saja melaju/ aku dan kamu/ merencana dalam sketsa/ Semua telah ditulis Sang Esa// ku telah berusaha/ menyebutmu dalam perjalanan doa// Shellalizha...Shellalizha... *

Sumber: http://resensi-buku.blogspot.com/2011/12/judul-buku-13-perempuan.html


 



Memilih Kuliah, Anak dan Ortu Tak Boleh Egois

6.2.12 1 komentar
Bagi siswa kelas XII (kelas 3) tingkat menengah (SMA/SMK/MA) saat ini menjadi minggu-minggu awal bebas dari pelajaran dan UAN. Tentu perasaan senang, lega dan seterunya menyeruak dalam diri. Paling tidak itu yang dirasakan untuk sementara waktu sambil menunggu pengumuman kelulusan yang rencananya akan diumumkan resmi pada 16 Mei 2011. Tapi hidup tak berhenti di situ bukan? Justru semua baru akan dimulai. Siswa kelas XII yang dalam masa transisi akan menjalani rutinitas berbeda, tidak berangkat sekolah lagi, tidak bertemu teman/guru di ruang kelas, tidak lagi bisa menyapa dan disapa. Yang paling berbeda adalah tidak akan ada lagi kegiatan belajar mengajar, kewajiban mengikuti pelajaran. Memang, semua sudah selesai. Lantas apakah semua memang benar-benar selesai? Tentu tidak.

Salah satu media nasional dalam hasil jajak pendapatnya menunjukkan bahwa mayoritas responden (85%) berniat melanjutkan studi di perguruan tinggi. Namun sebagian lulusan sekolah menengah kejuruan memilih untuk tidak melanjutkan kuliah. Alasannya adalah ketiadaan biaya dan biaya kuliah yang semakin meroket. Untuk itu perlu pemikiran yang matang untuk memilih studi lanjut. Berdasarkan data statistik Perguruan Tinggi (Kemendiknas) lima besar jurusan yang paling diminati pada tahun ajaran 2009/2010 adalah ekonomi menududukiperingkat pertama, disusul oleh teknik/teknologi, kemudian perikanan, peternakan, pertanian. Urutan keempat adalah kodokteran/kesehatan. Dan yang kelima adalah hukum.
Benar apa yang disampaikan Kompas Esktra (edukasi) bahwa “Selepas sekolah menengah atas, siswa akan menapaki tahap terpenting dalam upaya menyiapkan diri untuk menjadi manusia mandiri. Tahap itu adalah sekolah di perguruan tinggi, seiring dengan begitu beragamnya perguruan tinggi yang bisa dipilih, begitu beragam pula jalan yang bisa ditempuh untuk memasukinya, juga begitu banyak pertimbangan yang harus dipikirkan.” Ungkapan ‘malu bertanya sesat di jalan’ akan sangat berlaku pada kondisi ini. Maka, jangan malu bertanya. Bertanya apa saja pada mereka, semua orang yang pernah mengalami masa-masa ini, hingga mereka bisa sampai pada langkah kehidupan seperti saat ini. Mereka adalah guru-guru, orang tua, orang-orang tidak sukses maupun tidak sukses di bidangnya, kakak-kelas atau alumni di setiap sekolah. Mereka adalah para pendahulu yang pernah mengalami kehidupan, punya pengalaman dalam memilih tingkat pendidikan lebih tinggi. Bertanya dan belajar pada sejarah dari sejarah kehidupan sesorang akan sangat baik dan bermanfaat.
Orang tua tak lagi harus bersikap otoriter terhadap pilihan anak-anaknya. Anak juga tak boleh semaunya menentukan pilihan. Ada jalan tengah yang indah untuk bisa diselaraskan antara orang tua dan anak. Di sisi lain, guru-guru di sekolah juga memiliki banyak informasi yang bisa digali untuk menjadi pertimbangan. Ingat, tak cukup hanya bertanya pada guru BK. Guru mata pelajaran lain juga memiliki banyak info berharga. Mungkin, guru BK akan menjadi tempat labuhan siswa untuk yang terakhir guna konsultasi, selanjutnya membimbing secara teknis menjalani langkah dan tahapan daftar pada perguruan tinggi negeri atau swasta.
Bertanya pada orang lain, termasuk kakak kelas, saudara atau siapa saja yang menggeluti bidang yang menarik akan sangat melebarkan pengetahuan. Bertanya pada ahlinya, pada yang sudah berprofesi akan samakin membuat kaya pengetahuan yang lingkupnya pada tahap dan tataran pengalaman.
Pun perlu kita bertanya pada orang-orang yang gagal menjalani studi di tingkat lanjut, sebab dalam kegagalan seseorang memiliki manfaat sangat berharga. Supaya kegagalan tersebut tidak terjadi pada diri kita, si penanya. Tentu bertanya pada yang sukses juga sangat saya sarankan.
Kalimat bijak mengatakan, semua akan indah pada waktunya. Tentu untuk indah pada waktunya butuh proses dan persipan yang panjang pula. Dalam hal pilihan studi lanjut, mulai saat sekarang anak dan orang tua mulai menggali info dari berbagai sumber. Berdiskusi dengan cara yang indah antar orang tua dan anak kesayangan menjadi pilihan yang sangat disarankan. Sekali lagi, begitu banyak pertimbangan yang harus dipikirkan dalam memilih studi lanjut, mulai dari sekarang agar kelak anak-anak “tak sekadar mejalani” studi di perguruan tinggi.
Maka dalam proses tersebut akan mengarah pada perguruan tinggi mana yang cocok, yang sesuai minat/keinginan, dan dana. Muncullah perguruan tinggi yang menjadi idaman. Pertimbangan untuk memilih pergurun tinggi ada pada fasilitas pendidikan dan sarana pendukung yang baik dalam proses belajar. Kurikulum dan mata kuliah juga menjadi pertimbangan. Lainnya adalah lokasi perguruan tinggi, jauh atau dekat. Letak strategis dengan akses jalan, tranportasi atau fasilitas umum lainnya. Citra dan nama besar universitas perlu juga dipikirkan. Yang terakhir adalah biaya. Biaya menjadi salah satu pokok untuk menentukan pilihan. Selain yang saya sebutkan tadi, tidak munafik orang akan juga memperhatikan prospek dan lapangan kerja ke depannya.
Bagi anak:
Pertimbangkan pilihan studi yang akan diambil. Tentang jurusan, dan diperguruan tinggi mana. Jangan hanya menetapkan satu pilihan. Buat beberapa pilihan alternatif jika yang utama tidak bisa dicapai, ada alternatif lain. Bertanya pada banyak orang menjadi hal wajib, terutama pada mereka yang memiliki bidang kesamaan dengan pilihan. Prospek ke depan dan bagaimananya. Hal itu akan menjadi hal sangat penting. Asal pilih tidak menjadi saran. Kemampuan orang tua dalam hal biaya juga menjadi pemikiran.
Dalam memilih, libatkan hobi, kesukaan, hal yang disenangi, kepandain, kecenderungan dalam bidang pelajaran apa yang paling dikuasai. Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan dan digali dengan serius untuk bisa menemukan jurusan apa yang nantinya kira-kira sesuai dengan pilihan hati, tentu harus mengukur kemampuan. Asal pilih, ‘anut grubyuk’ teman tak akan memberikan hasil optimal. Untuk itu bisa minta bantuan guru-guru sehingga bisa memberikan masukan, tapi tatap saja hasil akhir yang menentukan adalah kalian.
Libatkan orang tua dalam memilih, sebab mereka yang akan menjadi penopang biaya selam kuliah. Tentu orang tua juga harus tau, dan perlu diskusi panjang. Mau menangnya sendiri akan berakibat tak baik dalam hubungan. Bagaimanapun orangtua ingin anaknya hal yang terbaik. Anak juga harus bertanggung jawab atas pilihannya. Kuncinya total dalam mejalani studi, sehingga hasil maksimal dan membawa manfaat untukkehidupan yang akan datang.
Bagi orang tua:
Orang tua perlu berdiskusi dengan keluarga teman untuk membuka cakrawala, tentang potensi anak, kemampuan anak dan prospek kerja di masa yang akan datang. Dengan mengasuh anak sejak kecil, pasti orang tua bisa mengarahkan anak ke mana nanti akan memilih. Kecenderungan anak, tabiat anak, rajin, malasnya anak dalam bidang tertentu bisa menjadi unsur dalam menentukan pilihan. Sekali lagi jalan tengah yang indah akan bisa didapatkan dan akan menghasilkan pilihan yang sangat pas.
Orang tua harus membuka diri pada hal-hal baru dan meng-upgrade wawasaan, peluang kerja dan hal-hal lain yang sudah tidak sama dengan jamannya waktu dulu.
Kebanyakan orang tua dalam mengarahkan pilihan studi anak berpedoman pada hal praktis yaitu gampang dalam bekerja dan mudah cari uang. Maka jika ada yang ngotot dan keinginannya ‘pengen’ dituruti anak dalam hal memilih studi, orang tua tidak sepenuhnya salah. Hanya saja perlu melihat dan bercermin pada kemampuan anak. Melihat nilai minat serta ketertarikan anak. Berilah tanggung jawab pada pilihan sang anak. Sehingga anak-anak akan sangat bersungguh-sungguh atas pilihannya sendiri.
Sekali lagi, dalam menentukan pilihan, anak dan orang tua tak boleh main-main dan asal-asalan. Supaya tidak semakin banyak sarjana yang nganggur tanpa karya. Masih ada beberapa minggu untuk menyiapkan diri dalam memilih sebelum ujian masuk perguruan tinggi digelar pada 31 Mei-1 Juni mendatang.
Untuk mengambil keputusan TIDAK boleh sama-sama egois, harus dengan banyak pertimbangan. Seperti yang kita tahu, masa kuliah berbeda dari masa sekolah. Pada waktu itu, ada masa transisi dari SMA ke anak kuliahan dan pasti akan bertemu dengan berbagai macam orang, dalam masyarakat. Pilihan kalian berpengaruh pada masa depan.
Setelah mendapatkan pilihan yang apa yang yang dituju, kalian siswa kelas XII, perjuangkan itu mulai dari sekarang. Jangan batasi diri kalian dalam mencoba hal baru (kecuali untuk hal negatif). People won’t be able to develop themself if they limit themselves. Terus jadilah yang terdepan. Tak lagi ada “rapatkan barisan satukan jawaban” akan tetapi dituntut untuk lebih mandiri dan berlomba serta berkompetisi dengan teman-teman seperjuangan lainnya.
Maka, benar apa yang ditulis oleh Susanna Tamaro, dalam buku ‘Pergilah Kemana Hati Membawamu’, “Dan kelak, di saat begitu banyak jalan terbentang di hadapanmu dan kau tak tahu jalan mana yang harus kau ambil, janganlah memilih dengan asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat. Tariklah napas dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan, seperti saat kau bernapas di hari pertamamu di dunia ini. Jangan biarkan apa pun mengalihkan perhatianmu, tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi. Berdiam dirilah, tetap hening, dan dengarkan hatimu. Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah, dan pergilah ke mana hati membawamu.”
Biodata: Penulis adalah Guru Pengajar di SMAN 2 Bojonegoro dan SMPN 2 Gondang, Sindikat Baca, Blogger Bojonegoro, Sosial Networking Literasi,

Membaut Rekam Jejak Keluarga

3.9.11 0 komentar
Lebaran ini, aku banyak menggunakannya untuk bercerita dan menggali kisah-kisah kearifan lokal yang dilakukana oleh leluhurku. Pak Wek, begitulah aku memanggilnya, beliau adalah kakek dari ibuku, dan juga ayah dari ayah angkatku. Namanya adalah Kasbani.

Aku sangat ingin menuliskan kisah hidupnya dalam rekam jejak kehidupannya selama beliau masih hidup. Ide itu muncul ketika reuni keluarga yang aku disain sejak 3 tahun silam sudah berjalan samapai tahun ke-4. Aku berfikir harus ada yang esensial dari sebuah reuni keluarga. Tentang pemaknaan hidup dan ajaran hidup leluhur yang pernah digagas dan mungkin belum sempat terwujudkan dalam kehidupan Beliau.

Rekam jajak leluhur ini juga bisa menjadi ilmu yang bisa menguatkan para anak turunnya untuk bisa menjalani kehidupan ini. belajar dari keberhasilan dan kegagalan. Sunnguh inilaha ilmu hidup yang leluhurku ajarkan. "Supaya todak hilang, maka menulis adalah pilihannya" begitu kira-kira nasehat Pramudya Ananta Toer dalam karyanya tetralogi Buru.

Selain Pram, Umar Khayam jug amengajarkan itu lewat novel Para Priyayi dan Jalan menikung. Pemikiran ide serta ajaran keluarga supaya tak hilang dan anak turunnya suatu saat supaya masih bisa mengenal leluhur, adalah dengan membuat tulisan tenatang leluhur. Itulah yang dilakukan aoleh oarang-orang besar, para pahlawan.

Tapi aku, adalah anak desa yang mungkin leluhurku tak akan banyak di kenal orang. Ya.. hanya orang kampung saja yang pernah hidup di masa itu, serta keluarga saja. Itu sudah cukup asal nanti samapai turunan yang keberapapun Pak Wek akan tetap di kenang, dikenal dan di warisi pemikirannya dan dedikasinya.

Makanya lebaran ini aku banyak bertanya pada Ayahku. Pak Dhe Koesni aku juga menanykan banyak hal tentang Pak Wek. Pak Dhe Lastus juga memberikan sekilas tentang Pak Wek. Walupun aku belm menulinya tapi aku sudah mendapatkan cerita tentang kehudpan lalu.

Aku tinggal menyiapakan alat dan mewancarai mereka, anak-anak dan cucu dari pak wek tentang pak wek semasa hidupnya dan bagaiaman sikapnya serta apa saja yang pernah diwarikan kepada keluarga. bagaiman pak wek bersikap pada kelurag dan lingkunga. Perjuangan beliau selama menjabat sebagai kamituo (Kapala Dusun).

Pak, Wek. Aku bangga menjadi cucumu. Sebab, banyak poemikiran yang sangat cerdas pada masa itu dan sekarang menjadi penyemangat kami dalam menjalani kehipdupan ini. Aku rindu Padamu Pak Wek.




Berbagi Sebiji Kurma

30.8.11 0 komentar
Aku hanya ingin mencatat semua kejadian hari ini, kejadian yang mungkin bukan apa-apa bagi orang lain, tapi sangat apa-apa bagiku. Mengabadikannya pada sebuah posting blog adalah pilihan. Kau tak perlu merisaukannya. Bila tak suka, tak perlu kau mempersoalkannya. Kejadiannya begini:

Pukul 5 sudah lewat 20 menit, berati saya harus segara bergegas bersiap pergi kemasjid. Sesuai dengan keiunganku yang telah aku niatkan sejak sore tadi.

Segra saja, kharismu biruku melaju ke utara setalah sesaat berhenti untuk mengisi bensin. Dengan peci hitam, sarung hitam, dan baju koko biru muda yang agak gelap, akulangsung ngacir. Sebelumnya di jok sepda moror aku membawa 2 gelas air meneral untuk buka puasa disana.

memasuki komplek masjid Darusalam, aku disapa dengan senyum oleh satpam masjid dan dipersilahkan masuk untuk parkir. leat sevalah selatn dan menyusuri teras sisi selatan masjid menjadi pilihanku sore itu. Itu sore yang tak biasa. Sebab aku tak pernah berjama'ah di masjid untuk Sholat Magrib.

Benar, di terasmasjid bagian depan banyak orang yang duduk dan menunggu puasa. Aku tak tau apa memang setiap hari seperti ini. Aku juga tak tau apa mereka memang sengaja disiutu supay dapat takjil dan buka puasa gratis. Memang ramdahn selalu memberi berkah untuk siapa saja yang mau berbagi dan memberi. Begitupan juga untuk umay yang patut untuk diberi dan menerima mereka juga akan menerima keberkahan Ramadhan.

Langkahku terus saja memasuki masjid, aku hanya melirik saja. melalu teras selatan masjid aku masuk dan menempati shof paling depan. Disana para jamahah sudah berisiap menunggu sholat Magrib tiba dengan cara berdzikir. Kebanyak yang sudah duduk dan menunggu adalah golongan tua. Jama'ah belum begitu banyak. Sangat kontras dengan yang ada di teras masjid.

Akulangsungduduk dan menaruh air minaralku yang aku bawa. Sholat sunnah aku lakukan dan aku bersalaman dengan lelaki yang setangah baya, orangnya kurus kering senyumya mengambang, tak ada guratan kesedihan dimukanya. Dismaping lelaki itulah aku duduk dan berdzikir menunggu bedug tiba.

Bedug tiba, kami serantak berdoa dan mengambi bekal yang dibawa. tentu aku hanya akan minum air mneral. Pikirku setalah ini aku akan langsung makan. biasanya aku juga tak segara makan. jadi aku sudah dengan berbuka hanya dengan air terlebih dahulu.

tiba-tiba lelaki itu menyodorkan buah kurma yang ia bawa. Tak banyak yang ia bawa, aku tau persis di plastik kecil isinya sekitar 3 biji. Ia menyodorkan kepada se biji kurma, dan aku tak bisa menolknya. Dalam hatiku, orang ini baikm dan aku harus meneriman supaya bapak tau ini bisa mendapatkan amal kebaikan dari Allah dengan memberiku buah kurma ini. Sebiji kurma aku makan. Sesaat kemudian lelaki tua ini menyodorkan platik kecil "salap mriki". Aku sangat paham apa yang dimaksukan. Biji kurma yang aku makan di suruh untuk dimauskkan dalam plastik tempat kurma yang ia bawa. Sejurus kemudian aku menghabiskan air minaral, dan lelaki itu minum teh yang ia bawa. Lelaki itu beramalatkan di gang 45, itu aku ketahui setelah usai sholat, pada saat iA berjalan menuju parkiran.

Sungguh, inilah keindahan yang aku dapatkan di ujung Ramdhan, menjelang syawal. Keindahan berbagi, kerelaan memberi.
Pak tua, usai sholat ini akan aku tanyai kau. janjiku dalam hati. Rumahmu mana. Aku akan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Siapa tau suatu saat aku bisa membalas atau aku bisa bertemu dengannya di suasan yang berbeda.

Sholat sunnah segara kami jalankan, sesaat sebelum jama'ah magrib dimulai. Imam sholat magrib mengambil trempat. Suara khasnya membuat jamaha berkonsentrasi. baju putih dan peci yang aku sering lihat Imam memimpin sholat Magrib.

Sholat Maghrib selesai, imam langsung memimpin jama'ah bertakbir. Sungguh... aku tak tau apa yang terjadi... untuk kali kedua mataku tak mampu mebendung air mata. buliran-buliran itu menetes membashi pipiku saat sedang mengumandangkan takbir. Aku tak mampu mencegah. hatiku parau, jiwaku tak berdaya. kelebatan bayangan-bayangan kehidupan yang telah berlalu tehapar didepanku bagai cuplikan film yang yang pemainnya adalah aku sendiri. Sungguh mengharukan. Aku hanya pasrah dan bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan sampai detik ini, selama ini dan yang akan datang. Aku tak mapu menjelaskan, menggambarkan dengan kata-kata di posting ini. Semuanya terjadi dengan sendirinya mengalir. Postingan ini tak berkmasud apa-apa. Saya hanya ingin mencatatnya untuk kemudian aku ingat dan menjadi nasehat untuk diriku sendiri, naehat untuk orang-orang yang aku sayangi. Bahwa, ramadhanharus di kahiri dengan indah. Indah dengan cara kita masing-masing, indah yang tak manyalahi syariat.

Begitulah, aku akan selalu pergi kemana hati membawku. Sore, di ujunng ramdhan ini, hatiku benar-benar membawaku kepadaNYa. (ompra)


30 Agustus 2011, Pukul 21.28 WIB
Rumah Dinas SMAdaBO, berhiaskan suara takbir yang berkumandang


Indahnya Menangis dengan Hati

0 komentar
Pukul 5 sore hampir saja berlalu, usai sholat Ashar, aku memnyalakan PC, untuk mengkatamkan tadarus Al-quran yang tinggal juz terakhir. Segara saja kau lantunkan dengan nada yang santai. Tiba-tiba saja suarku serak dan kelu, air mataku tumpah, dan aku menangis ketika membaca ayat yang ada di juzz Amma.

Sore yang hangat, dengan dengan sinar matahari bulan ramadhan yang tinggal menunggu hitungan menit akan meninggalkan umat. Dalam kesendiran yang tenag di rumah dinas SMAdaBO tiba-tiba air mataku tumapah dengan sendirinya saat melantunkan Ayat suci Al-Quran. Padahal aku tak tak tau apa makna dari ayat yang sedang kubaca. "Allah... Ampuni hamba... dan teguhkan keyakinanku untuk menegakkan ajaranmu dalam hatiku. Berilah kekuatan suapaya aku tetao mampu berjihad di jalanMU."

Kondisi itu tak berapa lama, sebab temanku datang. Pembicaraan kami cair, keinginan mengkatamkan akhirnya tertunda.

 
CAKRAWALA KEHIDUPAN © 2012 Development Fauns